"Pasar Kembang" di Krapyak
Oleh Syukron Affani
---Lautan jilbab dan hilir-mudik
kendaraan ramai lalu-lalang di sepanjang jalan KH.Ali Maksum Krapyak Sewon
Bantul. Simpul kepadatan akan dirasakan di ruas jalan kawasan Pondok Pesantren
Krapyak tersebut pada sore pukul 16.00 WIB. Santri putra dan putri, muda-mudi
dan masyarakat tumpah-ruah ngabuburit ria menunggu bedug buka
puasa. Banyak aktifitas dilakukan mulai dari membeli makanan seperti kolak,
buah, es, gorengan, makanan bakar dan nasi hingga sekedar melepas hawa dan
pandang.
Pesantren
Krapyak yang terletak sekitar 3 km sebelah selatan Kraton Ngayokjokarto Hadiningrat dan 500 m sebelah utara
ring road selatan Kota Yogyakarta. Pesantren Krapyak didirikan oleh KH.
Munawwir dan saat ini berada dalam asuhan KH Zainal Abidin Munawwir dan KH.
Attabik Ali Maksum. Santri putra-putri Pesantren Krapyak berjumlah kurang lebih
3500 orang. Tak heran bila di jalan KH. Ali Maksum para santri menyemut bila
tiba waktu ngabuburit.
Jalan-jalan
sore sembari menunggu bedug Maghrib untuk berbuka puasa sudah menjadi kebiasaan
terutama bagi para muda-mudi. Demikian juga di Pesantren Krapyak. Sore hari di kawasan
pesantren tersebut menjadi istimewa dengan banyaknya santriwati yang
berseliweran. Sejauh mata menebar pandangan yang terlihat adalah wajah-wajah
manis berjilbab yang hilir-mudik. Kembang-kembang ranum dari Pesantren Krapyak
itu menebar wangi di sore bulan Ramadhan. Sebut saja Rima Widyasari, 20, cewek
ayu salah satu santriwati Krapyak. Ia tiap sore di bulan puasa ini tidak pernah
absen ngabuburit di jalan KH. Ali Maksum. Apalagi jalan tersebut tepat
di depan asramanya. Menurut penuturan Rima, Ramadhannya akan kurang berkesan
tanpa menikmati keramaian suasana sore di jalan depan pondoknya itu. “Kalo
bulan puasa yang aku rindukan ya suasana ini,” ujarnya menunjuk lalu-lalang
teman-teman pondoknya. Sebenarnya sudah biasa pada hari-hari di luar bulan
Ramadhan santriwati Krapyak keluar ke jalan tapi di bulan Ramadhan menjadi berbeda
karena seluruh santriwati keluar di saat dan waktu yang sama yaitu menjelang
berbuka. Demikian penuturan Umi Fayumi, 24, seorang santriwati Krapyak yang
sedang sibuk memborong kolak buat teman-teman diasramanya.
Ungkapan yang
menegaskan dilontarkan oleh Amin Thohari, 28 dan Ahmad Puyeh, 29, dua santri
yang sudah bongkotan di Pesantren Krapyak. Bahkan keduanya mengakui
dengan terus-terang, hampir setiap bulan Ramadhan jarang melepaskan kesempatan
cuci-mata dengan jalan-jalan sore di jalan KH Ali Maksum. “Kayak pasar aja,”
tutur Amin yang akrab dipanggil Minto ini. Puyeh dengan bercanda memberikan
ilustrasi mendukung penilaian Minto tersebut. “Tuh, liat Malioboro. Sepi kan kalo sore? Semuanya
pada ngabuburit disini, pasar sore Krapyak” ujar Puyeh terkekeh-kekeh.
Pasar
dadakan Krapyak seperti yang disebut oleh Minto dan Puyeh tadi karena kehadiran
banyaknya penjual makanan ta'jil
(makanan pembuka buka puasa) semisal kolak, buah, es, korma dan lainnya.
Penjual-penjual itu berjejer berjejal-jejal di pinggir jalan. Tidak hanya
masyarakat yang terlibat, beberapa santri dan santriwati juga tidak mau kalah
turut meramaikan "pasar sore" dadakan tersebut. "Wah, ini bukan
dagangan saya pribadi. Dagangan patungan temen-temen, Mas." Terang seorang
"pedagang" kolak. Tetapi tidak seperti yang lain, para
"pedagang" santri tadi lebih rileks dan terkesan tidak begitu peduli
dengan barang dagangannya. Mereka mengaku tidak terlalu ngoyo menjual
kolak-kolaknya. "Ini cuma sekedar mengisi waktu sore aja kok. Ne' ra payu
nanti bisa dibawa ke musholla,” ungkap Umar, santri yang masih dibangku Aliyah Madrasah
Ali Maksum Krapyak ini.
Bulan Ramadhan
memang senantiasa menghadirkan nuansa yang berbeda dari hari-hari biasa pada
bulan lain. Selain ritualitas religius yang marak, masyarakat juga memanfaatkan
momentum disela-sela waktu ibadah untuk “melarikan” rasa lelah dan lapar dengan
jalan-jalan disore hari. Tak ayal beberapa titik kawasan di Yogyakarta seperti,
alun-alun selatan, lembah UGM dan beberapa titik sentra kawasan lain kampus
terlihat ramai.
Keriuhan
Ramadhan di sekitar Krapyak akhir-akhir ini (2009) semakin meriah setelah
Masjid Jogokaryan sebagai masjid termaju mengalahkan al-Syuhada’, turut
menggelar bazar Ramadhan. Jalan Jogokaryan terletak di sebelah timur Pesantren
Krapyak. Barangkali banyak jalan-jalan di Yogyakarta yang tak kalah ramai saat
sore Ramadhan, tetapi Krapyak tetap yang paling spesial, for me.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar