Senin, 03 Juni 2013

HASYIM ASY'ARI: THE GRAND KIAI
Oleh Syukron Affani











"Sang Kiai" itulah film produksi RAPI Film yang produsernya seorang Hindu. Tentang profil dan perjuangan ikon Nahdlatul Ulama (NU), Hadratussyeikh Hasyim Asyari. Penasaran sekali dengan film ini. Bukan karena semata semacam untuk membandingkannya dengan "Sang Pencerah"nya Kiai Dahlan.

Sejak mangkatnya Gus Dur, NU dan pesantren seperti terlempar dan tenggelam dari percaturan wacana nasional. Hasyim Muzadi dengan suara kritisnya dan terlihat antusias menepi ke garis bagian kanan, tidak memiliki cukup tenaga untuk menghadirkan NU dan pesantren kembali ke "tengah" wacana nasional. Said Aqil Siradj, terkesan tidak cerdas dan naif meskipun ide-idenya berupaya mengikuti jejak spirit Gus Dur. Kasarnya, NU dan pesantren kehilangan panggung selebrasi eksistensinya.

Kevakuman eksistensial ini menjadi parah karena kaum nahdliyin terjerembab ke dalam kubang pekat politik dan gagal mengartikulasikan masalahnya. Perselisihan karena faktor fikroh diyakini sebagai daya tambah kerahmatan namun bila perselisihan karena politik, obatnya hanya kedewasaan. Dan bagi orang pesantren hal ini masih menjadi pelajaran yang sulit dan seringkali ditinggalkan.

Secara finansial, ini bukan main-main dan seharusnya produsen mengerti betul anatomi sosiologis nahdliyin. RAPI film bisa menangguk keuntungan besar dari proyek film bioepiknya ini. Bayangkan bila "Sang Kiai" juga diputar secara "layar tancap" di jaringan pesantren NU yang ribuan jumlahnya dan taruhlah; dengan biaya tertentu yang terjangkau untuk itu; dengan "fatwa" wajib tonton dari para kiai pemangku-pemangku pesantren. Berduyun-duyun, pasti akan menjadi top word di Google.

Wallahu a'lam, akan tetapi semoga "Sang Kiai" dapat mengembalikan "Santri-santri" mengingat sesuatu yang maha penting: kembali pulang dari political society yang menjebak; kembali pulang untuk mencerdaskan masyarakat dan menjadikannya sebagai civil society yang efektif sebagaimana para kiai-kiai panutan dahulu. Allahumma....