Oleh Syukron Affani
Guna mendapatkan pemahaman yang lebih luas
terhadap peta perkembangan tafsir al-Quran, baik dari perspektif
historis-kronologis ataupun coraknya, akan diulas secara umum pandangan
beberapa tokoh ilmu al-Quran berikut:[1]
1. Muhammad
Husein al-Dzahabi
Al-Dzahabi (1915-1977
M) membagi
perkembangan tafsir ke dalam empat fase:
a. Fase awal (al-marhalah
al-ûla): jaman Rasulullah dan para sahabat
b. Fase kedua (al-marhalah
al-tsâniyah): Jaman tabiin
c. Fase ketiga (al-marhalah
al-tsâlitsah): jaman pembukuan (`ushûr al-tadwîn) yang dimulai pada
akhir dinasti Umayyah dan awal-awal dinasti Abbasiah. Al-Dzahabi membahas masa
ini berakhir saat memasuki pembahasan masa keempat.[2]
d. Terakhir: jaman modern. Ia
menyebut jaman ini dengan jaman kebangkitan sains modern (‘ashr al-nahdhah
al-ilmiyah al-hadîtsah) kira-kira pada paruh akhir abad ke-19.[3]
Di
lain kesempatan al-Dzahabi hanya membagi perkembangan tafsir hanya ke dalam
tiga episode: pertama, masa nabi dan sahabat; kedua, masa tabiin;
ketiga, masa pasca tabiin atau masa sejak pembukuan kitab tafsir hingga
saat ini.[4]
2.
Ignaz Goldziher
Nama
orientalis Hungaria ini ditampilkan karena melalui karyanya Richtungen der
Islamischen Koranauslegung (1920) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
dengan judul al-Madzâhib al-Islâmiyah fi al-Tafsîr, telah mengingatkan
dan menyadarkan sarjana muslim kepada tabaqât al-mufassirîn karya
al-Sayuthi sebagai satu-satunya karya awal penting tentang sejarah penafsiran
al-Quran.[5]
Goldziher menyadarkan sarjana muslim untuk memberikan perhatian terhadap
sejarah tafsir al-Quran melalui karyanya tersebut yang akan sangat berguna bagi
studi al-Quran.
Goldziher
memetakan perkembangan tafsir al-Quran ke dalam lima aliran (richtungen-Jerman),
yaitu:[6]
a. Tafsir bi al-ma’tsûr:
tafsir berdasar keterangan Nabi dan sahabat
b. Tafsir fi dhaw’i al-aqîdah:
tafsir teologis-dogmatis
c. Tafsir fi dhaw’i
al-tasawwuf: tafsir mistik
d. Tafsir fi dhaw’i al-firâq madzhabiy:
tafsir hukum sektarian
e. Tafsir fi dhaw’i
al-tamaddun al-hadîtsiy al-Islâmiy: tafsir perspektif
peradaban Islam modern
3.
Abdullah Saeed
Sarjana
muslim dari Universitas Merlbourne Australia ini memberikan gambaran pembabakan tafsir al-Quran
ke dalam dua kluster, yaitu:[7]
a.
Masa Klasik (early period)
Pada masa ini ada banyak
varian tafsir (Quranic exegesis), yaitu tafsir sunni (sunniy exegesis),
tafsir syi`ah
(shi’iy exegesis), tafsir kharijiy (kharijiy exegesis), tafsir
teologis (theological exegesis), tafsir hukum (legal exegesis), tafsir
sufi (mystical exegesis), dan tafsir falsafi (philoshopical exegesis)
b.
Masa Modern (modern period)
Pada periode ini, Saeed
menyebut: tafsir modernis (modernist exegesis), tafsir ilmiah (scientific
exegesis), tafsir sosio-politik (socio-political exegesis), tafsir
tematik (thematic exegesis), dan tafsir kontekstual (contextualist
exegesis).
[1] Deskripsi ini diadaptasi dari
deskripsi Abdul Mustaqim dalam Madzahibut Tafsir: Peta Metodologi Penafsiran
al-Quran Periode Klasik hingga Kontemporer, Yogyakarta: Nun Pustaka, 2003,
hlm. 26
[2] Al-Dzahabi tidak terang
menyebutnya masa keempat namun menyebutnya: ‘terakhir’ (al-khâtimah).
Muhammad Husein al-Dzahabi, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Juz II, Kairo: Maktabah Wahbah, 2000, hlm. 363
[3] Al-Dzahabi tidak menyebut jelas
kapan masa ini ditandai dengan tahun namun kita dapat menilik dari mufassir dan
tafsir yang ditunjukkannya untuk periode ini, seperti Muhammad bin Ahmad
al-Iskandari dengan tafsirnya yang berjudul: Kasyf al-Asrâr al-Nûrâniyah
al-Qurâniyah, yang dicetak tahun 1297 H (kira-kira 1880 M) atau Thanthawi
Jauhari (1287-1940) melalui Tafsir al-Jawâhir-nya. Lihat Muhammad Husein
al-Dzahabi, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Juz II.., hlm. 365 dan 370
[4] Muhammad Husein al-Dzahabi, Ilmu
al-Tafsir, Kairo: Dar al-Ma`arif, tth, hlm. 13
[5] J.J.G. Jansen, Diskursus
Tafsir al-Quran, terj. Hairussalim dan Syarif Hidayatullah, Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1997, hlm. 8. J.M.S Baljon, penerus Goldziher yang berusaha
melengkapi karya Goldziher di antaranya melalui karya-karya bahasa Urdu
penafsiran al-Quran modern dari tanah Hindustani (India-Pakistan), juga
menyampaikan sedikitnya informasi yang dikembangkan oleh sarjana muslim tentang
tafsir al-Quran. J.M.S. Baljon, Tafsir Qur’an Muslim Modern, terj. A.
Niamullah Muiz, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991, hlm. viii
[6] J.J.G. Jansen, Diskursus
Tafsir al-Quran…, hlm. 9 dan Abdul Mustaqim, Madzahibut Tafsir: Peta
Metodologi Penafsiran al-Quran Periode Klasik hingga Kontemporer,
Yogyakarta: Nun Pustaka, 2003, hlm. 27
[7] Abdullah Saeed, The Qur`an:
An Introduction, London-New York: Routledge, 2008, hlm. 194-214