Oleh Syukron Affani, M.S.I
A.
Pendahuluan
Peran Nabi Muhammad SAW demikian krusial dalam Islam. Tugasnya sebagai
"duta" Tuhan memberinya peran sentral dalam agama "bungsu"
di dalam "trah" Abrahamic religion. Deskripsi mengenai betapa
urgensinya status Rasulullah dapat dilihat dari direkamnya "semua"
hal yang "berasal" darinya. Hal tersebut bukan hanya menandai
keistimewaan Rasulullah tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya ia sebagai panutan
terutama bagi umat Islam.
Prilaku Rasulullah sebagai uswatun hasanah pada mulanya
lebih banyak direkam langsung oleh lingkungannya melalui tindakan-tindakan
praktis para sahabat dan tabiin. Dokumentasi tekstual juga dilakukan meski
bersifat individual dan tidak untuk kepentingan massal. Barulah pada kurun 1
abad kemudian, dokumentasi tekstual mulai menggeliat dan ditabuh gongnya oleh
khalifah Umar bin Abd al-Aziz pada abad II H untuk kepentingan kodifikasi yang
lebih serius.
Secara gradual catatan mengenai tindak-tanduk Rasulullah, menjadi
preseden hukum Islam yang lebih meyakinkan. Ada banyak kegiatan pencatatan
hadis yang terus digiatkan bukan semata-mata untuk kepentingan pelestarian
filologis melainkan terutama sebagai kanun hukum.Tidak butuh waktu terlalu lama
untuk menjadikan tindak-tanduk Rasulullah (baca: hadis) menjadi sebuah disiplin
kajian tersendiri dengan kelengkapan-kelengkapan perangkat keilmuannya yang
terus disempurnakan.
Catatan mengenai hadis-hadis Nabi dilakukan oleh banyak orang dan
mengambil banyak bentuk yang dikemudian hari diformulasikan ke dalam
istilah-istilah seperti al-jami', al-sahifah, al-mu'jam, al-sunan,
al-risalah,
al-athraf,
al-arba`in,
al-musannaf,al- ajza`, al-mustadrak, al-mustakhrajat, dan al-musnad.
Istilah-istilah tersebut merujuk pada kumpulan hadis dari aspek kualitas hadis,
kelengkapan hadis, dan sistematikanya. Sedangkan musnad sendiri merujuk pada
sekumpulan hadis yang bersumber dari para sahabat, misal riwayat Abu Bakar
dengan mata rantai transmisi yang beragam.[1]
Tulisan ini akan membahas profil kitab hadis kompilasi dari seorang
tokoh yang dikenal dengan nama al-Humaidi. Untuk kepentingan ini, di hadapan
penulis terdapat dua naskah kitab hadis al-Humaidi yang diedit oleh dua
sarjana, Habiburrahman al-A`dzami dan Husain Salim Asad al-Daraniy. Selain
membahas kitab hadis al-Humaidi, Tulisan ini juga akan membahas seperti apa dua
editor di atas menghadirkan kitab hadis al-Humaidi kepada para pembaca.
Lebih lengkap terkait Musnad Hadits al-Humaidi ini, silahkan download di Ka'dintoh.
[1] Lihat
kata pengantar dalam Abu Bakar Abdillah bin al-Zubayr, al-Musnad al-Humaidi,
Ed. Habiburrahman al-A`dzami, (Madinah: al-Maktabah al-Salafiyah, tth), hlm. 49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar