Oleh : Syukron Affani
Membicarakan Filologi sebagai bagian
dari pekerjaan antropologi memang belumlah sangat populer di kalangan kaum
pendidikan. Antropologi sendiri dapat mandiri menyapih dari dan menjadi bagian
tersendiri dari ilmu-ilmu sosial, terhitung mengentas ke pentas keilmuan dunia
kira-kira pada abad 19 ini. Namun tak syak lagi bahwa filologi
memberikan bentuk sumbangan yang luar biasa besar untuk menjelaskan sesuatu tentang
dunia ini yang terselip dan mungkin rusak serta hilang oleh waktu.
Antropologi adalah
sebuah focus studi terhadap benda apapun yang potensial menyimpan tafsir maha
penting dari masa lampau dunia ini. Antropogi mencoba mengangkut romantika dan
bahkan tragedi masa yang amat lewat dari rentang waktu perjalanan dunia ini.
Sudah tentu antropologi bukan alat optikasi biasa-biasa saja karena tugasnya
tersebut memerlukan pengandaian terhadap kemampuan tinggi dalam “membaca” yang
telah lalu-lalu.
Nah, filologi
sebagai bagian kerja antropologi membatasi kajiannya hanya pada tulisan atau
teks yang sudah barang tentu dianggap memiliki nilai historis yaitu, tulisan
dan teks masa lalu yang telah sulit dibaca-dicerna secara utuh. Menjadi
demikian karena waktu telah meninggalkan catatan-catatan itu berserakan di jalan-jalan
berkelok peradaban manusia di masa yang lalu dan kemudian menawarkannya kepada
generasi saat ini yang tingkat pemahaman dan pengetahuannya sudah mesti
berbeda. Filologi menawarkan diri sebagai alat untuk membantu mereformasi teks-teks
lawas tersebut sehingga dapat dipelajari dan dipahami kandungannya oleh
generasi saat ini.
PENGERTIAN FILOLOGI
Sekali lagi, seperti
banyak istilah yang lain, filologi pun mendasarkan pengertiannya secara
etimologi pada bahasa Yunani yaitu Philologia, gabungan dari
unsur kata philos, yang berarti teman dan logos : pengetahuan.
Melacak pengertian filologi dari pengertian dasar kata-kata ini, sulit kita
temukan.
Kita perlu merujuk
pada pengertian terminologis yang disepakati dari istilah filologi ini. Yaitu
studi keilmuan untuk mengkaji urai peninggalan lembar-lembar catatan, teks,
naskah dan tulisan dari masa kurun waktu yang telah usai lalu. Atau dalam
pengertian lainnya ialah penelitian untuk menguak kebenaran-kebenaran tekstuil
dari catatan-catatan masa lalu.
Sulit menyimpulkan
bahwa dizaman yang amat lampau terdapat tulisan cetakan sehingga niscaya studi
filologi objeknya semuanya merupakan naskah manuscript (handschrift). Naskah
ini kemudian harus dibedakan dengan prasasti sebab meskipun sama-sama memuat
tulisan namun prasasti yang bukan lembaran, bukan konsentrasi kajian filologi.
Prasasti adalah semacam bebatuan yang ditulisi oleh orang-orang dahulu untuk
kepentingan menandai sebuah event dan momentum.
SEJARAH KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA
Kerja dan prinsip filologi disinyalir telah
dipakai oleh sekelompok ahli dari Iskandariah kira-kira pada abad ke-3 SM yang
dipelopori oleh seorang Yunani yang bernama Eratosthenes. Dari Iskandariah di
pantai utara Afrika inilah kerja filologi berkembang dan meluas ke berbagai
daerah didaratan Eropa, Timur Tengah dan Asia. Kegiatan mengamati kertas-kertas
masa lalu tersebut berkembang pesat di Iskandariyah sehingga kejatuhannya ke
tangan kekuasaan bangsa Romawi Barat pada abad ke-1 M.
Imperium Romawi Barat memindahkan kerja
filologi dari Iskandariah ke kota Roma dan meneruskan garapan-garapan yang
telah dirintis ilmuan-ilmuan Iskandariah serta menggarap lembar-lembar kuno
kesejarahan Romawi sendiri. Banyak dari puisi maupun prosa besar dari Cicerro
dan Varro yang dikaji. Itu tidak lama karena kebudayaan Romawi sendiri sudah
merupakan kebudayaan yang tak kalah besar sehingga karya-karya Iskandariahpun
ditinggalkan. Namun begitu, di kawasan kekuasaan Romawi timur kegiatan-kegiatan
filologi tetap menggeliat seperti di Antioch, Athena, Beirut, Konstantinopel,
dan Gaza.
Timur Tengah juga giat melakukan kerja-kerja
filologi terutama pada masa Abbasiah mulai dari Khalifah Abu Ja’far al-Mansur
berlanjut kepada Harun al-Rasyid dan mencapai puncaknya pada masa al-Makmun.
Pekerja-pekerja filologi yang dikenal saat itu diantaranya yaitu Qusta bin
Luqa’, Hubaisyi dan terutama Hunain bin Ishaq yang hunting naskah kuno ke Siria, Palestine dan Mesir.
Pada saat inilah kejayaan umat Islam mencapai masa keemasaannya. Sehingga tak
ayal Baghdad sebagai sentrum kekuasaan Islam dikunjungi banyak orang dari
segenap penjuru dunia untuk belajar menyerap ilmu apapun.
Tidak sedikit orang-orang Eropa yang menimba
ilmu hasil kerja filologi cendikiawan-cendikiawan muslim baik di Baghdad dan
apalagi di Andalusia. Pada abad ke-13 terdapat nama-nama seperti Albertus
Magnus, Roger Bacon, Raymon Lull, dan Paus Clement yang mempelajari ilmu-ilmu
yang telah digali melalui kerja-kerja filologi ilmuan Arab. Hingga abad ke-17
teks-teks klasik produk kerja filologi ilmuan Arab banyak dipelajari di Oxford
dan Cambridge.
Filologi memiliki peran untuk mengungkapkan
beberapa hal tentang kertas-kertas kuno tersebut semisal mengungkapkan makna
dan nilai-nilai kebudayaan universal manusia. Selain itu tugas filologi
diantaranya adalah untuk mempelajari nilai seni bentuk/model asli teks-teks
peninggalan masa lampau, mengkaji sejarah perkembangan teks, mengungkapkan
pengaruh teks tersebut terhadap arah budaya zamannya serta menyajikan teks-teks
tersebut dalam bentuk saat ini sehingga dapat dipahami dan dipelajari oleh
generasi saat ini. Mereka harus tahu bahwa sejarah saat ini dan yang akan
datang dibangun secara kontinyu diatas sejarah masa lampau sebagai pondasinya.
DASAR-DASAR PENGUASAAN FILOLOGI
Kerja filologi meniscayakan seseorang yang
menekuninya memiliki kemampuan bahasa yang handal dan ahli serta memiliki
wawasan luas tentang sastra. Karena kebanyakan karya-karya tulis masa lampau
tersebut bercitarasa bahasa dan sastra yang tinggi disamping bahwa teks-teks
tersebut tidak lagi utuh kondisinya. Ketidakutuhan teks-teks tersebut yang
jelas disebabkan roda waktu yang berakibat pada hilangnya lembar-lembar teks
atau berubah sehingga tidak terbaca dengan baik.
Skill seorang filolog
amat penting dalam penguasaan teori-teori dan kajian linguistik misal,
kemampuan di bidang etimilogi: ilmu bahasa tentang akar dan asal-usul kata; sosiolinguistik:
ilmu bahasa tentang praktik kebahasaan dalam kehidupan masyarakat; dan
stilistika: ilmu yang mempelajari tentang gaya-gaya pengungkapan bahasa. Selain
itu, filolog dituntut untuk menguasai paleografi (ilmu tentang coretan-soretan
tulisan kuno) dan sejarah kebudayaan. Semakin banyak kemampuan seorang filolog
dalam penguasaan bahasa-bahasa dunia, akan semakin memungkinkan kerja-kerja
filologinya.
Filologi berguna untuk
membantu referensiasi bagi perkembangan ilmu-ilmu yang lain. Hal itu juga
disebabkan oleh kenyataan bahwa objek teks filologi berisi tentang berbagai
macam topik, seperti bahasan tentang bahasa itu sendiri, sastra, sejarah,
kebudayaan, hukum adat, politik dan filsafat.
LANGKAH PENELITIAN FILOLOGI
Tugas pokok dari filologi adalah
mereformasi naskah-naskah kuno dari kesalahan-kesalahan elementer yang
mempengaruhi pemaknaannya dan menghadirkan kembali naskah itu untuk dikonsumsi
oleh masyarakat saat ini.
Fase-fase penelitian filologi secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Inventarisasi naskah: mengumpulkan dan menentukan objek
kajian serta naskah-naskahnya
2. Deskripsi naskah: mencatat dan menggambarkan semua hal
yang berkenaan dengan kondisi naskah baik fisik maupun nonfisik
3. Perbandingan naskah: naskah-naskah objek yang diperoleh
diperbandingkan satu sama lainnya, diidentifikasi, dan diklasifikasi persamaan
dan perbedaannya.
4.
Penilaian dan pengujian naskah: metode kritik teks
digunakan untuk memverifikasi naskah
5.
Rekonstruksi teks secara menyeluruh: naskah direka
kembali secara utuh
6.
Transkripsi naskah: naskah ditulis kembali dalam lembar
kerja baru
7. Analisis teks: naskah diberi catatan-catatan pelengkap baik
berupa koreksi data ataupun kritik sehingga pembaca mendapatkan petunjuk
referensial
Demikianlah sedikit tulisan singkat
tentang filologi ini. Masa lalu akan sulit kita kenali bila naskah-naskah
peninggalan masa lalu yang terserak kusam, tidak teridentifikasi
dengan baik. Yang ada hanya mitos dan legenda yang bertebaran di mana-mana. Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar