Jumat, 31 Januari 2014

SEJARAH TAFSIR AL-QURAN 1: RASULULLAH DAN AL-QURAN

Sejarah Tafsir al-Quran I: Rasulullah dan al-Quran
Oleh Syukron Affani

Tafsir al-Quran secara alamiah muncul pertama kali bersamaan dengan penyampaian risalah (wahyu) oleh Nabi kepada para sahabat, kerabat, dan masyarakat. Memang wahyu yang turun; suka atau pun tidak suka, Nabi harus dan hanya untuk menyampaikannya: fainnama `alaika al-balâgh (Q.S Ali Imron 3:20); fa’lamu annama `ala rasulina al-balâgh (Q.S al-Maidah 5:92); ma `ala al-rasul illa al-balâgh (Q.S Q.S al-Maidah 5:99); in `alaika illa al-balâgh (Q.S al-Syu`ara’ 42:48).
Namun Nabi bukan sekedar membacakan wahyu yang turun tetapi "menyampaikan" ayat-ayat Allah. Hal ini mengindikasikan tugas Rasulullah untuk menyampaikan ayat-ayatNya tersebut dengan penjelasan (bayan) sehingga yang mendengarkannya mengerti meskipun belum tentu menyadari dan meyakininya. Allah menjelaskan bahwa implikasi (dampak dan pengaruh) dari penyampaian ayatNya, sudah di luar yuridiksi Rasulullah melainkan hak Allah: fainnama `alaika al-balâgh wa `alaina al-hisâb (Q.S al-Ra’d 13:40).
Dengan demikian, seharusnya tafsir al-Quran sudah tuntas pada masa Nabi. Namun dalam kenyataannya, tafsir al-Quran mengalami perkembangan dari waktu ke waktu; bukan semata karena kondisi zaman tetapi karena kenyataan sedikitnya tafsir nabawi yang dapat kita ketahui yang berkaitan erat dengan ayat al-Quran sehingga melahirkan kreatifitas dan produktifitas pemahaman (tafsir) yang menggelinding dari waktu ke waktu.[1] Dari sini, muncullah studi sejarah tafsir al-Quran.


[1] Secara faktual, tidak semua riwayat asbab nuzul ayat al-Quran sampai kepada kita, misal Q.S al-Baqarah (2) dengan jumlah ayat sebanyak 286, yang ber-asbab nuzul kurang lebih hanya 70 ayat. Lihat Abu al-Hasan Ali  bin Ahmad bin Muhammad  bin Ali al-Wahidi, Asbab al-Nuzul, Riyadh: Dar al-Maiman, 2005, hlm. 122-213. Di dalam Shahih Bukhari, terdapat hanya 548 hadits Nabi yang berkenaan dengan ayat al-Quran. Lihat Muhammad Umar al-Hâji, Mausu`ah al-Tafsir Qabla `Ahdi al-Tadwin, Damaskus: Dar al-Maktabiy, 2007, hlm. 59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar