Kamis, 25 April 2013

PEMIKIRAN ALFRED GUILLAUME TENTANG ISLAM, AL-QURAN, DAN HADITS

Oleh Syukron Affani


A.    PENDAHULUAN
Orientalisme muncul setidaknya pada abad ke-IV setelah perang Salib berlangsung ketika Konsili Gereja di Wina memutuskan untuk membentuk beberapa jabatan profesional dalam bidang bahasa Arab, Syria, dan Yunani di sejumlah universitas Eropa. Keputusan tersebut dipengaruhi permintaan dari Ramon Lulle (1234-1316), seorang filosof dan ahli kimia yang pernah mengembara sebagai misionaris, yang mempelajari ilmu dan bahasa Arab di Andalusia untuk kepentingan mengajak umat Islam beralih keyakinan pada Kristen. Konon, ia adalah misionaris Kristen pertama yang terjun langsung ke tengah-tengah umat Islam. Ramon Lulle merekomendasikan tentang arti penting memperlajari kebudayaan Arab-Islam dalam konteks meredam penyebaran agama islam.[1] Fase berikutnya setelah Perang Dunia II, ketika negara-negara Barat semakin menyadari pentingnya pengetahuan bahasa dan kultur Asia-Afrika di tengah mulai memudarnya pengaruh kolonial mereka di dua kawasan tersebut. Rencana ekspansi besar-besaran untuk pengkajian bahasa dan kultur Asia-Afrika digalakkan kembali.[2]
Menurut Roger Garaudy, orientalisme disebabkan oleh dua hal mendasar yang saling melengkapi, yaitu ideologis dan epistemologis. Orientalisme menjadi ideologis akibat kegagalan perang Salib; perang yang meninggalkan sebuah kebencian Kristen terhadap Islam, yang membuat orang-orang Kristen berpikir keras untuk "menyempurnakan tugas Tuhan".[3] Artinya, kegiatan ilmiah dan studi ketimuran yang digalakkan oleh orientalisme dapat dicurigai berada dalam konteks tersebut.
Sepertihalnya Edward Said, Garaudy melontarkan kritik epistemologis terhadap gerakan orientalisme. Orientalisme adalah sentralisme Barat yang cenderung ingin menguasai yang lain. Mereka membuat batasan-batasan terhadap orang lain dan mengontrol penerapannya berdasarkan standar pandangan mereka sendiri. Orang di luar mereka adalah the others yang selalu jadi objek. Mereka menerapkan pengalaman Barat sebagai acuan dalam studi-studi keislaman.[4]
Pandangan kritis Roger Garaudy[5] jauh dari cara pandang apologetik ala (sebagian) tokoh-tokoh muslim yang dinilai belum banyak menggali informasi yang cukup mengenai materi kritik mereka. Roger Garaudy mengalami langsung atmosfir intelektual Barat. Ia aktivis komunis yang anti-Hitler dan Mussolini (Nazisme dan Facisme) dan pernah menjadi penganut Marxisme yang taat. Pemikirannya tentang agama sempat begitu dalam dipengaruhi oleh Marx yang "sinis" terhadap agama sebagai produk sosio-historis belaka daripada aktivitas spiritual-transenden. Meski akhirnya ia berkesimpulan bahwa Marxisme gagal dan menghasilkan "hipotesis parsial yang cacat" dalam menafsirkan kelahiran, penyebaran, dan fenomena kesejarahan Islam dalam kerangka konsep materialisme-historis.[6]
Sikap kritis Roger Garaudy terhadap sarjana-sarjana Barat sejawatnya, mengirimkan pesan yang jelas kepada kita bahwa, meskipun tidak harus phobia, pandangan-pandangan keislaman sarjana Barat pernah memiliki latarbelakang catatan sejarah yang buruk yang pada era berikutnya berusaha dikompensasi oleh para penerus mereka (misal, Wlfred Cantwell Smith, William Montgomery Watt,[7] dan Harald Motzki) dengan pendekatan yang lebih "tulus" dan ilmiah.
Tokoh yang akan dibahas dalam tulisan  ini adalah Alfred Guillaume, yang pemikirannya tentang Islam dan Al-Quran secara umum, walaupun berupaya objektif, masih menggunakan pendekatan polemik. Hal ini tidak mengherankan sebab masa karir intelektualnya masih sangat mewakili jaman dan semangat orientalisme yang konfrontatif terhadap keyakinan-keyakinan vital umat Islam.

Lebih lengkapnya baca e ka'dintoh. Untuk mantranya e ka'dintoh jugeh


[1] Muhsin al-Mayli, Pergulatan Mencari Islam: Perjalanan Religius Roger Garaudy, (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 193
[2] William Montgomery Watt, Titik temu Islam-Kristen: Persepsi dan Salah Persepsi, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), hlm. 150
[3] Muhsin al-Mayli, Pergulatan Mencari Islam…, hlm. 194
[4] Ibid., hlm. 195
[5] Roger Garaudy lahir pada tahun 1913 di Marseille Perancis. Ia bekas ketua organisasi pemuda Protestan sekaligus aktivis partai komunis Perancis yang gigih. Stalin sempat menjadi idolanya dan ia pernah bertemu secara pribadi dengan pimpinan komunis Uni Soviet tersebut. Pada tahun 1982, ia mengumumkan keislamannya di Swiss saat melakukan kunjungan untuk memberi kuliah di suatu universitas. Ibid., hlm. 22
[6] Ibid., hlm. 60
[7] Watt menginformasikan bahwa W.C Smith selama 20 tahun studi ketimurannya merasakan cacat mendasar pada peradaban Barat, yaiut arogansi dan hal ini juga mempengaruhi sikap Kristen. William Montgomery Watt, Titik temu Islam-Kristen…, hlm. 153

Tidak ada komentar:

Posting Komentar