Rabu, 01 Mei 2013

FILOLOGI: TUGAS KEMANUSIAAN TERHADAP KEBUDAYAAN



Oleh : Syukron Affani

            Membicarakan Filologi sebagai bagian dari pekerjaan antropologi memang belumlah sangat populer di kalangan kaum pendidikan. Antropologi sendiri dapat mandiri menyapih dari dan menjadi bagian tersendiri dari ilmu-ilmu sosial, terhitung mengentas ke pentas keilmuan dunia kira-kira pada abad 19 ini. Namun tak syak lagi bahwa filologi memberikan bentuk sumbangan yang luar biasa besar untuk menjelaskan sesuatu tentang dunia ini yang terselip dan mungkin rusak serta hilang oleh waktu.
            Antropologi adalah sebuah focus studi terhadap benda apapun yang potensial menyimpan tafsir maha penting dari masa lampau dunia ini. Antropogi mencoba mengangkut romantika dan bahkan tragedi masa yang amat lewat dari rentang waktu perjalanan dunia ini. Sudah tentu antropologi bukan alat optikasi biasa-biasa saja karena tugasnya tersebut memerlukan pengandaian terhadap kemampuan tinggi dalam “membaca” yang telah lalu-lalu.
            Nah, filologi sebagai bagian kerja antropologi membatasi kajiannya hanya pada tulisan atau teks yang sudah barang tentu dianggap memiliki nilai historis yaitu, tulisan dan teks masa lalu yang telah sulit dibaca-dicerna secara utuh. Menjadi demikian karena waktu telah meninggalkan catatan-catatan itu berserakan di jalan-jalan berkelok peradaban manusia di masa yang lalu dan kemudian menawarkannya kepada generasi saat ini yang tingkat pemahaman dan pengetahuannya sudah mesti berbeda. Filologi menawarkan diri sebagai alat untuk membantu mereformasi teks-teks lawas tersebut sehingga dapat dipelajari dan dipahami kandungannya oleh generasi saat ini.

PENGERTIAN FILOLOGI

            Sekali lagi, seperti banyak istilah yang lain, filologi pun mendasarkan pengertiannya secara etimologi pada bahasa Yunani yaitu Philologia, gabungan dari unsur kata philos, yang berarti teman dan logos : pengetahuan. Melacak pengertian filologi dari pengertian dasar kata-kata ini, sulit kita temukan.
            Kita perlu merujuk pada pengertian terminologis yang disepakati dari istilah filologi ini. Yaitu studi keilmuan untuk mengkaji urai peninggalan lembar-lembar catatan, teks, naskah dan tulisan dari masa kurun waktu yang telah usai lalu. Atau dalam pengertian lainnya ialah penelitian untuk menguak kebenaran-kebenaran tekstuil dari catatan-catatan masa lalu.
            Sulit menyimpulkan bahwa dizaman yang amat lampau terdapat tulisan cetakan sehingga niscaya studi filologi objeknya semuanya merupakan naskah manuscript (handschrift). Naskah ini kemudian harus dibedakan dengan prasasti sebab meskipun sama-sama memuat tulisan namun prasasti yang bukan lembaran, bukan konsentrasi kajian filologi. Prasasti adalah semacam bebatuan yang ditulisi oleh orang-orang dahulu untuk kepentingan menandai sebuah event dan momentum.
           

SEJARAH KEMUNCULAN DAN PERKEMBANGANNYA

Kerja dan prinsip filologi disinyalir telah dipakai oleh sekelompok ahli dari Iskandariah kira-kira pada abad ke-3 SM yang dipelopori oleh seorang Yunani yang bernama Eratosthenes. Dari Iskandariah di pantai utara Afrika inilah kerja filologi berkembang dan meluas ke berbagai daerah didaratan Eropa, Timur Tengah dan Asia. Kegiatan mengamati kertas-kertas masa lalu tersebut berkembang pesat di Iskandariyah sehingga kejatuhannya ke tangan kekuasaan bangsa Romawi Barat pada abad ke-1 M.
Imperium Romawi Barat memindahkan kerja filologi dari Iskandariah ke kota Roma dan meneruskan garapan-garapan yang telah dirintis ilmuan-ilmuan Iskandariah serta menggarap lembar-lembar kuno kesejarahan Romawi sendiri. Banyak dari puisi maupun prosa besar dari Cicerro dan Varro yang dikaji. Itu tidak lama karena kebudayaan Romawi sendiri sudah merupakan kebudayaan yang tak kalah besar sehingga karya-karya Iskandariahpun ditinggalkan. Namun begitu, di kawasan kekuasaan Romawi timur kegiatan-kegiatan filologi tetap menggeliat seperti di Antioch, Athena, Beirut, Konstantinopel, dan Gaza.
Timur Tengah juga giat melakukan kerja-kerja filologi terutama pada masa Abbasiah mulai dari Khalifah Abu Ja’far al-Mansur berlanjut kepada Harun al-Rasyid dan mencapai puncaknya pada masa al-Makmun. Pekerja-pekerja filologi yang dikenal saat itu diantaranya yaitu Qusta bin Luqa’, Hubaisyi dan terutama Hunain bin Ishaq yang hunting  naskah kuno ke Siria, Palestine dan Mesir. Pada saat inilah kejayaan umat Islam mencapai masa keemasaannya. Sehingga tak ayal Baghdad sebagai sentrum kekuasaan Islam dikunjungi banyak orang dari segenap penjuru dunia untuk belajar menyerap ilmu apapun.
Tidak sedikit orang-orang Eropa yang menimba ilmu hasil kerja filologi cendikiawan-cendikiawan muslim baik di Baghdad dan apalagi di Andalusia. Pada abad ke-13 terdapat nama-nama seperti Albertus Magnus, Roger Bacon, Raymon Lull, dan Paus Clement yang mempelajari ilmu-ilmu yang telah digali melalui kerja-kerja filologi ilmuan Arab. Hingga abad ke-17 teks-teks klasik produk kerja filologi ilmuan Arab banyak dipelajari di Oxford dan Cambridge.
Filologi memiliki peran untuk mengungkapkan beberapa hal tentang kertas-kertas kuno tersebut semisal mengungkapkan makna dan nilai-nilai kebudayaan universal manusia. Selain itu tugas filologi diantaranya adalah untuk mempelajari nilai seni bentuk/model asli teks-teks peninggalan masa lampau, mengkaji sejarah perkembangan teks, mengungkapkan pengaruh teks tersebut terhadap arah budaya zamannya serta menyajikan teks-teks tersebut dalam bentuk saat ini sehingga dapat dipahami dan dipelajari oleh generasi saat ini. Mereka harus tahu bahwa sejarah saat ini dan yang akan datang dibangun secara kontinyu diatas sejarah masa lampau sebagai pondasinya.

DASAR-DASAR PENGUASAAN FILOLOGI

            Kerja filologi meniscayakan seseorang yang menekuninya memiliki kemampuan bahasa yang handal dan ahli serta memiliki wawasan luas tentang sastra. Karena kebanyakan karya-karya tulis masa lampau tersebut bercitarasa bahasa dan sastra yang tinggi disamping bahwa teks-teks tersebut tidak lagi utuh kondisinya. Ketidakutuhan teks-teks tersebut yang jelas disebabkan roda waktu yang berakibat pada hilangnya lembar-lembar teks atau berubah sehingga tidak terbaca dengan baik.
            Skill seorang filolog amat penting dalam penguasaan teori-teori dan kajian linguistik misal, kemampuan di bidang etimilogi: ilmu bahasa tentang  akar dan asal-usul kata; sosiolinguistik: ilmu bahasa tentang praktik kebahasaan dalam kehidupan masyarakat; dan stilistika: ilmu yang mempelajari tentang gaya-gaya pengungkapan bahasa. Selain itu, filolog dituntut untuk menguasai paleografi (ilmu tentang coretan-soretan tulisan kuno) dan sejarah kebudayaan. Semakin banyak kemampuan seorang filolog dalam penguasaan bahasa-bahasa dunia, akan semakin memungkinkan kerja-kerja filologinya.
            Filologi berguna untuk membantu referensiasi bagi perkembangan ilmu-ilmu yang lain. Hal itu juga disebabkan oleh kenyataan bahwa objek teks filologi berisi tentang berbagai macam topik, seperti bahasan tentang bahasa itu sendiri, sastra, sejarah, kebudayaan, hukum adat, politik dan filsafat.

LANGKAH PENELITIAN FILOLOGI

            Tugas pokok dari filologi adalah mereformasi naskah-naskah kuno dari kesalahan-kesalahan elementer yang mempengaruhi pemaknaannya dan menghadirkan kembali naskah itu untuk dikonsumsi oleh masyarakat saat ini.
            Fase-fase penelitian filologi secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
1.      Inventarisasi naskah: mengumpulkan dan menentukan objek kajian serta naskah-naskahnya
2.    Deskripsi naskah: mencatat dan menggambarkan semua hal yang berkenaan dengan kondisi naskah baik fisik maupun nonfisik
3.  Perbandingan naskah: naskah-naskah objek yang diperoleh diperbandingkan satu sama lainnya, diidentifikasi, dan diklasifikasi persamaan dan perbedaannya.
4.      Penilaian dan pengujian naskah: metode kritik teks digunakan untuk memverifikasi naskah
5.      Rekonstruksi teks secara menyeluruh: naskah direka kembali secara utuh
6.      Transkripsi naskah: naskah ditulis kembali dalam lembar kerja baru
7.  Analisis teks: naskah diberi catatan-catatan pelengkap baik berupa koreksi data ataupun kritik sehingga pembaca mendapatkan petunjuk referensial
            Demikianlah sedikit tulisan singkat tentang filologi ini. Masa lalu akan sulit kita kenali bila naskah-naskah peninggalan masa lalu yang terserak kusam, tidak teridentifikasi dengan baik. Yang ada hanya mitos dan legenda yang bertebaran di mana-mana. Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar