Sabtu, 13 April 2013

SISTEM DAN PROSEDUR YANG KETAT SEBAGAI MEKANISME KONTROL PENELITIAN



Oleh Syukron Affani JaQ*

Tentu bukan rencana yang baik bagi mahasiswa untuk main-main dengan skripsinya bila sistem dan prosedur kontrol yang diterapkan perguruan tinggi dilaksanakan dengan ketat. Pembimbing yang kapabel dan memiliki integritas; model seminar proposal yang kondusif dan kontruktif; serta pendadaran skripsi yang tidak sekadar legal-formal. Sudah cukupkah langkah-langkah itu untuk menjaga kualitas akademis karya skripsi?
Itulah langkah terpenting dan terpokok yang senantiasa harus menjadi perhatian manajemen perguruan tinggi. Sebab mahasiswa sering menemukan celah untuk mengkompensasi amoralitas intelektualnya dari sistem pengendalian dan pengawasan utama yang lemah itu. Karya skripsi plagiat dan pesanan, tak ayal, akan menyusup dengan mudah dan memberi warna buruk pada dunia intektual pendidikan kita.
Pembimbing yang kapabel dan memiliki integritas intelektual yang baik akan dapat menuntun, mengarahkan dan mengoreksi bahkan membatalkan naskah yang tidak fokus, buruk dan mencurigakan. Pembimbing yang kapabel mesti memiliki pengetahuan yang baik dan memadai untuk menilai otentitas dan orisinilitas karya mahasiswa yang dibimbingnya. Pembimbing yang berintegritas akan dapat secara tegas menunjukkan kewibawaan sikapnya dalam mengarahkan dan membimbing mahasiswanya. Petunjuk-petunjuknya yang tegas merupakan bentuk pembelajaran dan akan membuat mahasiswa berhitung dengan sangat cermat agar tidak bertindak gegabah.
Sekian persen kualitas karya skripsi, ditentukan oleh bentuk bimbingan dosen pembimbing. Artinya, dosen pembimbing yang berkualitas dapat mengendalikan kualitas skripsi mahasiswa yang dibimbingnya. Sehingga, skripsi yang tidak memadai sudah seharusnya juga menjadi tanggungjawab pembimbing. Ibarat polisi lalu lintas, baik-buruknya situasi lalu lintas di jalan; sering tidaknya kecelakaan dan kemacetan terjadi, tidak bisa tidak merupakan petunjuk prestasi kerja polantas. Disinilah krusialnya tugas dan fungsi  pembimbing.
Seminar proposal skripsi sebagai salah satu mekanisme yang harus ditempuh mahasiswa untuk mengukur mutu rencana penelitiannya, harus dirancang sekonstruktif dan sekondusif mungkin. Forum itu harus dienyahkan dari kesan basa-basi formal. Wewenang forum itu sebaiknya tidak cukup terbatas pada hearing (mendengarkan pemaparan) dan menerima input-input masukan korektif tetapi juga dapat memveto rancangan proposal skripsi yang tidak jelas. Seminar yang kontruktif merupakan batu loncatan yang strategis untuk menjajaki dan menguji mutu rencana penelitian. Proposal skripsi yang kabur rasionalitas, nilai ilmiah dan akademis penelitiannya pada kesempatan ini, jelas tidak akan mudah melangkah pada tahap berikutnya.
Pada akhirnya penilaian terhadap penulisan skripsi ditentukan saat pendadaran. Keilmiahan dan nilai akademis skripsi bergantung pada penulis skripsi dan dewan penguji. Presentasi dan kemampuan argumentasi mahasiswa dalam mempertahankan karyanya, sangat menentukan. Tugas dewan penguji untuk menguji dan mengkritisi karya skripsi akan menunjukkan ketahanan ilmiah dan akademik skripsi tersebut. Pendadaran yang berbobot dapat memberikan penilaian kelayakan yang berbobot juga pada kualitas sebuah skripsi. Sudah tentu pendadaran yang berbobot adalah sidang pengujian yang objektif, jernih dan jauh dari faktor-faktor non ilmiah. Kemungkinan terburuk dimana sebuah skripsi harus ditolak karena tidak memenuhi kriteria penilaian sebagaimana ditetapkan para penguji, tidak boleh ditoleransi demi, misal, alasan kemanusiaan. Masing-masing pihak harus dapat bertanggungjawab pada tugas dan fungsinya demi terciptanya iklim pendidikan yang berkualitas.
Cukup tidaknya upaya-upaya sistemik ini dalam menjaga nilai akademis sebuah karya ilmiah, bergantung pada iktikad baik semua pihak yang terlibat di jagad pendidikan terutama mahasiswa sendiri. Sebab ditangan mereka, keberhasilan pendidikan dalam menjalankan fungsinya ditentukan. Tanpa mahasiswa yang baik, sistem pendidikan seperti apapun akan berakhir tanpa hasil.
Memang pada saat ini, ketika paradigma pendidikan kita memiliki kecenderungan orientatif yang sangat kuat pada dunia kerja dan materi, problem mentalitas dan idealitas mahasiswa mengemuka. Belajar menjadi hal lain yang mulai diabaikan dan mengejar kelulusan untuk berburu pekerjaan adalah satu hal yang begitu dikedepankan. Mahasiswa menjadi berpikir untuk lebih praktis, pragmatis dan taktis. Cara-cara yang ditempuh pun adalah cara-cara instant yang dangkal dan asal formal.
Pertanyaan besar terhadap integritas moral dan intelektual mahasiswa berkaitan dengan karya skripsinya mulai penting dijawab dengan serius. Merebaknya kegiatan plagiat dan jasa pembuatan skripsi merupakan fakta yang telah lama berlangsung. Tidak mustahil kegiatan-kegiatan “gelap” yang menodai semangat dunia pendidikan itu, pada masa mendatang, bukan pilihan terakhir melainkan pilihan pintas yang lumrah dan lazim. Kalau sudah demikian, nilai akademis? Lupakan saja☺

* Ditulis saat mashi mahasiswa di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Angkatan 2002
Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar